Tuesday, February 23, 2010

* Perkahwinan *

Perkahwinan? Redha Allah matlamat kita...

Kali ni saya ingin menulis tentang cinta dan perkahwinan walaupun saya bukanlah orang yang arif dan berpengalaman...insyaAllah, ini adalah pendapat dan pendirian saya tentangnya...terasa malu utk menulis post ini, tp idea ni terbit dari perbualan saya, abang2 saya, adik, dan mak tersayang...

Semalam seusai solat isyak, abang2 saya (kembar) berbincang dengan mak tentang hajat mereka utk bertunang dan seterusnya berkahwin dengan pilihan hati masing2. Perbualan makin rancak, saya dan adik turut sama menyibuk. Saya diam, mendengar sambil berfikir. Alhamdulillah, perkara baik harus dipercepatkan. Tapi........

Bukan sekadar menghalalkan yang haram

“Pernikahan, jangan sekadar satu penyelesaian. Ia harus lebih besar dari itu”.Tidak salah untuk percaya bahawa pernikahan boleh menyelesaikan banyak masalah. Itulah hikmahnya pada Sunnah bernikah.

Tetapi kekhuatiran yang timbul, ialah apabila sebuah ikatan perkahwinan mahu dilangsungkan hanya untuk menyelesaikan masalah tertentu, dan selepas masalah itu selesai, perkahwinan itu hilang tujuan! Menjadikan perkahwinan sebagai penyelesaian, hanyalah sebuah hasrat berupa perancangan jangka pendek. Sedangkan untuk sebuah rumahtangga terus membuka laluan sampai ke Syurga, ia perlu kepada perancangan jangka panjang. Sepanjang kehidupan. [ Saifulislam - Jangan sekadar syurga dunia ]

Saya setuju dengan kata-kata Ustaz Hasrizal. Dan tertarik dengan ayat ini, Jadikanlah perkahwinan itu kenderaan yang membawa dirimu untuk ke Syurga Akhirat.


“Saling berpesan-pesanlah kamu tentang para isteri agar berlaku baik kepada mereka. Sesungguhnya kamu mengambil (menikahi) mereka dengan amanah daripada Allah dan dihalalkan untukmu kemaluan mereka adalah dengan Kalimah Allah” [Hadith riwayat al-Bukhari daripada Abu Hurairah]

Persediaan dan pengetahuan

Ada pasangan yang suaminya masih berjiwa PSP, tiada keghairahan terhadap anak yang lahir. Ada isteri yang memberikan anak kecil minum susu sejuk kerana tidak tahu susu badan yang dibekukan di peti ais perlu dihangatkan terlebih dahulu sebelum diberi kepada anak. Semuanya gara-gara kurang persediaan dan kurang bersungguh mencari pengetahuan yang diperlukan


Jadi, penyelesaiannya bukan jangan kahwin, atau nak kahwin juga.

Sebaliknya, berfikirlah dengan cermat sebelum apa-apa keputusan dibuat. Kemudian buat persiapan dengan bersungguh-sungguh. Bermula dengan mematangkan fikir daripada rentak seorang anak muda atau pelajar, kepada suami dan isteri, ibu dan bapa, yang sinonim dengan tanggungjawab dan peranan.

Budaya bercouple

Teringat zaman sekolah dan universiti, saya tidak pernah melibatkan diri dengan budaya ini. ermm orang yang tidak bercouple seakan pelik yang amat sangat. tidak mengapa...

Masa sekolah dulu, saya merasa bercouple ni mengganggu pelajaran (pendapat saya pada waktu tu). walaupun kawan2 saya yang bercouple ada yang pandai dan berjaya, tapi saya tidak kisah dan saya tidak berminat.

Semasa tahun pertama di universiti, barulah saya tahu kenapa kita tidak bercouple...bukan kerana pelajaran, tapi kerana Allah larang. kerana itu, tiada sebab lain.

Apakah kita memerlukan sebab yang lain? Tidak. Cukuplah keredhaan Allah itu matlamat kita, cukuplah kemurkaan Allah itu menjadi sebab kebencian kita atas sesuatu perkara

Yakin dengan janji-Nya

Ingin saya mengajak semua yang belum berkahwin, usah cemari rumah tanggamu nanti dengan maksiat dan dosa. Sebelum berkahwin, jodoh untukmu adalah pilihan. Pilihan tentang sesusuk peribadi dan akhlak yang akan mendampingimu. Nama si dia telah tercatat di lohmahfuz untukmu namun peribadinya ditentukan oleh peribadimu. Allah menjadikannya kufu pada kebiasaannya. Namun, tidak semua. Jika kau mengimpikan peribadinya soleh, soleh dan solehahkanlah dirimu.

Yakin dengan janji Allah, dalam Surah An Nur:

Maksudnya: Dan wanita-wanita yang baik adalah untul laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). [ Surah An Nur 24: 26]

Monday, February 22, 2010

Sukar nak beribadat???

Assalamualaikum...

Saya sangat tertarik dengan artikel yang saya baca di iluvislam. walaupun ini hasil copy paste, tapi saya kira bermanfaat buat semua...

Sukar Nak Beribadat?
Oleh : l@IYyinul h@Rir
Editor : naadherah



(Artikel dalam Bahasa Indonesia)

Apakah kita pernah mengalami malas beribadah? Terasa berat untuk tilawah atau tidak merasakan kenikmatan ketika membaca Al Qur’an atau sholat? Atau mungkin merasa susah untuk bangun malam untuk qiyamulail?

Padahal jam loceng bertik-tok, sudah di off, alarm hp juga sudah di off tapi ketika berdering tetap terlelap dalam tidurnya, tidak kedengeran akhirnya mati-mati sendiri atau bangun dengan setengah sadar matikan loceng trus tidur lagi. Padahal biasanya dengan mudah bisa bangun. So.. Apa yang terjadi dengan diri kita?

Atau mungkin kita pernah merasakan mulut ini terasa berat ketika melantunkan ayat-ayat Al Qur’an atau mengucapkan salam kepada saudara kita. Atau mungkin kita pernah mengalami kekok, ngomong tak lancar, tersangkut sangkut fikiran jadi ‘blank’ ketika kita presentasi, ngajar atau ngisi halaqah/pengajian meskipun sebelumnya sudah mempersiapkan materi. Ada apa dengan kita?Jika hal-hal seperti itu terjadi pada diri kita, maka segeralah kita evaluasi diri. Ada apa dengan diri kita?

Keadaan seperti ini jangan dibiarkan begitu saja, lama-kelamaan akhirnya terbiasa. Seperti halnya penyakit, kalau sudah ada gejala segera periksa ke doktor dan minum ubat biar tidak ‘kasep’ dan segera sembuh. Begitu pula dengan ruhiyah kita, kalau sudah ada gejala osteoporosis ruhiyah seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya (lihat arsip) maka segera kita mutabaah diri kita, bagaimana hubungan kita dengan Allah dan apa yang sudah kita lakukan?

Mata
Jangan-jangan kita banyak maksiat yang kita kerjakan hingga menghalangi amalan-amalan kita. Mungkin kita tidak bisa menjaga dari hal-hal yang makruh bahkan diharamkan oleh Allah sehingga menghalangi organ tubuh kita untuk beribadah kepada-Nya. Misalnya, kita menggunakan mata untuk nonton sinetron meski cuma satu atau dua jam, tunggu saja nanti kemungkinan besar malamnya kita akan susah bangun untuk qiyamulail. Mata kita akan susah untuk bangun, kalaupun bangun kita sholat dengan mata yang ngantuk. Atau mungkin kita ga bisa bangun malam karena siangnya mata kita ga bisa gadhul bashar. Karena kita tak menjaga mata kita dari hal-hal yang tidak berguna bahkan mengandung maksiat, akhirnya Allah pun tidak menjaga mata kita untuk beribadah padaNya.

Telinga
Selain mata, telinga juga perlu kita jaga. Bisa jadi kita susah bangun malam karena kita tidak menjaga telinga kita. Telinga kita gunakan untuk mendengarkan gosip atau muzik-muzik jahiliya bahkan kadang bisa terngiang-ngiang dalam memori kita karena seharian yang didengar muzik-muzik itu. Akhirnya malamnya telinga kita tidak kedengeran dering jam loceng atau alarm hp bahkan suara adzan, Na’udzubillah.

Mulut
Selain itu mulut tak kalah pentingnya untuk dijaga. Karena mulut itu pula yang banyak menjerumuskan manusia terutama wanita ke dalam neraka, Na’udzubillah. Karena mulut bisa menjadi sarana gibah, fitnah, caci-maki, dsb. Bisa jadi tidak lancarnya kita waktu persentasi, ngajar atau ngisi halaqah adalah karena mulut ini telah bermaksiat sebelumnya. Padahal jika ruhiyah kita fit maka kita bisa dengan mudah ngomong, kadang mengalir begitu saja apa yang kita sampaikan bisa dengan mudah memberikan contoh-contoh dan penjelasan yang sebelumnya belum terpikirkan oleh kita, tiba-tiba aja ‘cling’ muncul di otak kita, itu semua karena ilmu dari Allah.

Hati
Selanjutnya adalah hati. Ini adalah bahagian terpenting yang perlu kita jaga. Hati ibaratnya pemimpin bagi organ tubuh yang lain, yang menjadi komando. Hati bisa sakit, buta bahkan mati jika semakin banyak berbuat maksiat. Hati ibarat cermin, semakin banyak bermaksiat maka semakin banyak noda titik-titik hitam di cermin itu. Atau bahkan mungkin tidak lagi titik-titik hitam tapi sudah jelaga hitam yang susah dibersihkan dan tidak bisa dipakai untuk bercermin lagi karena sudah bukam. Begitu pula dengan diri kita, semakin banyak kita berbuat maksiat dan tidak bertaubat maka kita semakin terbiasa dengan kemaksiatan itu.

Salah satu yang menyebabkan kematian hati adalah banyak bergurau. Bolehlah kita bergurau untuk mencairkan suasana atau menciptakan suasana ukhuwah. Tapi tetap memperhatikan adab-adabnya, perhatikan dengan siapa juga dan tidak berlebihan, apalagi ikhwan-akhwat, hati-hati!

Mari kita tengok diri kita, evaluasi diri kita, jika selama ini kita belum menjaga mata, mulut, telinga, hati dan organ tubuh kita yang lain dari kemaksiatan maka segeralah kita berbenah diri, tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Seharusnya kita merasa sayang kalau tidak bisa qiyamulail meski hanya terlewat semalam. Merasa sayang pula jika tidak bisa merasakan nikmatnya beribadah. Jika masih merasa sayang, maka jagalah diri kita, dan Insya Allah Allah akan menjaga kita agar senantiasa bisa dekat dengan-Nya.

Monday, February 1, 2010

- 10 Rukun Bai'ah -

RUKUN BAI'AH

1. Al-FAHM

Iaitu faham dan seterusnya meyakini bahawa fikrah kita adalah Fikrah Islamiah yang sebenar. Kefahaman adalah kunci kepada keselamatan dan kejayaan dakwah kita kerana tidak mungkin Islam itu diperjuangkan oleh mereka yang tidak memahami Islam itu sendiri. Pepatah Arab pernah menyebut (ﻪﻳﻁﻌﻳﻻ ﺀﻲﺷﻟﺍﺩﻗﺎﻓ) yang bermaksud “orang yang tidak memiliki sesuatu itu tidak mungkin dapat memberinya”.

Kefahaman yang dikendaki di dalam Rukun Bai’ah ini meliputi pecahannya yang dikenali sebagai al-Usool al-Isyreen (Usul 20) oleh al-Imam asy-Syahid Hasan al-Banna.

2. AL-IKHLAS

Keikhlasan di sini bermaksud petugas Amal Islami mestilah meletakkan qasad atau niat pada perkataan dan perbuatannya secara menyeluruh kerana Allah, tanpa mempunyai apa-apa maksud terhadap keinginan harta, kemegahan atau gelaran. Dengan demikian itu jadilah ia Jundi (tentera) Fikrah dan Aqidah, bukannya jundi kemaslahatan.

3. AL-AMAL

Petugas hendaklah bekerja dan melaksanakan kefahamannya serta merealisasikannya sebaik mungkin. Amal di sini meliputi pengelokan diri, pembentukan rumahtangga Muslim, pendidikan masyarakat, pembebasan tanah air, pengislahan pemerintahan dan mengembalikan kedaulatan Islam di peringkat antarabangsa sehingga tiada lagi fitnah dan jadilah agama itu keseluruhannya bagi Allah (al-Anfaal: 39)

4. AL-JIHAD

Iaitu jihad yang kewajipannya berlangsung sehingga ke hari Kiamat. Ia merujuk kepada Hadith (ﺔﻳﻟﻫﺎﺟﺔﺘﻳﻣ ﺖﺎﻣﻭﺯﻐﻠﺍ ﻮﻧﻳﻡﻟﻭ ﺰﻐﻳ ﻢﻟﻭ ﺖﺎﻣﻥﻣ) yang bermaksud “Barangsiapa mati dan tidak pernah berperang jihad serta tidak pernah berniat untuk berperang jihad, maka matinya adalah mati jahiliah”.

5. AT-TADHIYYAH

Iaitu pengorbanan. Ia meliputi pengorbanan diri, harta, masa, hayat dan segala-galanya di jalan matlamat.

6. AT-THA’AH

Ketaatan yang dimaksudkan di sini adalah ketaatan di dalam mematuhi perintah pimpinan dan melaksanakannya sama ada di dalam keadaan susah atau senang. Ketaatan ini dipagari oleh batas-batas perkara yang duduk di bawah ketaatan kepada Allah dan Rasul.

7. AT-TSABAT

Tsabat yang dikehendaki di sini adalah berkekalannya petugas Amal Islami bekerja dan berjihad ke arah merealisasikan matlamatnya tanpa diganggu gugat oleh panjangnya masa dan berleretan tempoh sehinggalah ia mati bertemu Allah. Dengan demikian itu ia berhasil memperolehi salah satu daripada dua kebaikan iaitu tercapainya kemenangan atau syahid.

8. AT-TAJARRUD

At-Tajarrud bermaksud seorang Petugas Amal Islami itu menyempurnakan fikrahnya tanpa terpengaruh, terganggu atau terbawa-bawa dengan apa-apa campur aduk anasir yang berada di luar fikrahnya sama ada anasir itu berbentuk pengaruh idea, prinsip mahu pun individu. Menjadi kewajipan kepada kita untuk menghayati bahawa fikrah kita adalah fikrah tertinggi, mulia dan sempurna.

9. AL-UKHUWWAH

Apa yang dikehendaki daripada Ukhuwwah di sini adalah ikatan hati dan jiwa sesama petugas Amal Islami dengan ikatan Aqidah. Sesungguhnya ikatan Aqidah adalah sekukuh-kukuh ikatan.

10. ATS-TSIQAH

Kepercayaan yang dimaksudkan di sini adalah tenteramnya hati seorang Jundi itu kepada pemimpinnya, kemampuan dan keikhlasan pemimpin itu. Tenteram hati itu begitu mendalam dan ia tercerna dari kasih sayang, penghargaan, rasa hormat dan taat

temanpetunjuk.blogspot.com

- 10 Muwasafat Tarbiyyah -

Bagi yang bergelar da'ie...

1. Salimul Aqidah

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

6. Mujahadatun Linafsihi

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

7. Harishun ‘ala Waqtihi

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:

‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun ‘alal Kasbi

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Naafi’un Lighoirihi

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

bahantarbiyah.com